POTENSI DESA DI BIDANG PERIKANAN NILA SALIN

  • Mar 01, 2023

KAMPUNG NILA SALIN DESA JEPAT LOR KECAMATAN TAYU KABUPATEN PATI

Budidaya nila salin telah berkembang luas di kecamatan Tayu kabupaten Pati, khususnya di desa Jepat Lor sebagai lokasi awal dimulainya percontohan budidaya ikan Nila pada tahun 2015. Balai Besar Perikanan Budidaya Air Payau (BBPBAP)Jepara dalam menjalankan tugas dan fungsinya berperan menjadi  inisiator dan dinamisator pengembangan nila salin tersebut. Berangkat dari permasalahan yang dihadapi pembudidaya karena tambaknya lama terbengkelai (idle), dampak dari kegagalan budidaya udang oleh serangan penyakit, maka balai mencoba memberikan solusi  alternative untuk kebangkitan kembali tambak idle melalui budidaya ikan nila.  

Pemilihan ikan nila sebagai komoditas alternatip pertimbangannya adalah; karena ikan Nila  mudah beradaptasi dengan perubahan lingkungan, tahan terhadap penyakit dan metode budidayanya mudah sehingga gampang diadopsi masyarakat, disisi lain ikan nila berfungsi untuk mereka fery tambak  idle  menjadi subur kembali selain untuk memutus siklus penyakit udang,  keuntungan lain secara psikologis dengan kegiatan ini dapat memberikan harapan dan menumbuhkan semangat pembudidaya untuk memulai usahanya kembali.

Tingginya jumlah pembudidaya yang mengadopsi teknologi tersebut sebagai gambaran respon positif kegiatan nila salin , dimana pada awalnya BBPBAP Jepara memulai percontohan dengan luasan 2 (dua) hektar tambak di desa Jepat Lor dan setelah 3 tahun kemudian jumlahnya meningkat mencapai 800 hektar demikian juga dengan produksinya meningkat signifikan. Disamping pertumbuhan ekonomi, dampak lain adalah multyflyerefec yang ditimbulkan pada masyarakat sekitar juga luar biasa terutama membuka lapangan kerja, sebagai contoh berkembangnya sekmentasi usaha seperti pengadaan benih, kegiatan pendederan, pembesaran, transportasi ikan hidup, pakan mandiri dan kegiatan lainnya. Budidaya ikan nila salin cukup menguntungkan dengan rata-rata biaya produksi sekitar Rp. 10.000,- pembudidaya dapat meraup keuntungan sebesar Rp.8.000,- sampai Rp.10.000. melihat potensi lahan dan harga pasar yang menjanjikan maka sebagian besar pembudidaya lebih memilih budidaya ikan nila salin dan secara teknis ikan nila bisa dibudidayakan secara intensif dengan metode bioflock, polykultur, maupun budidaya terintegrasi yang ramah lingkungan dan berkelanjutan.

Dari segi pasar, kelebihan nila salin dengan nila air tawar ada sedikit perbedaan diantaranya; dari segi rasa lebih gurih, dari segi tekstur daging lebih kenyal, dari segi harga cukup kompetitif terutama dibandingkan ikan bandeng pada periode tertentu harganya cenderung lebih tinggi  disamping permintaan pasar terus meningkat. Dalam pengembangan selanjutnya perlu memperhatikan alur bisnis dari hulu sampai hilir secara sinergis dan diarahkan untuk lebih memiliki daya tawar dengan penguatan manajemen kelompok yang baik atau kelembagaan dalam koperasi.

Pembudidaya ikan desa Jepat Lor yang tergabung dalam kelompok Truno Makmur melalui bimbingan dan pendampingan teknis dari BBPBAP Jepara berkolaborasi dengan Dinas Perikanan, dan Dr. Fajar dari UNDIP bersama- sama melakukan pendampingan pengembangan budidaya nila salin. Perkembangannya cukup signifikan perlahan tapi pasti jumlahnya terus meningkat setelah merasakan manfaatnya dari yang semula satu desa menjadi 10 desa, sehingga menginspirasi institusi terkait baik kabupaten maupun propinsi berinisiatif untuk mencanangkan Kabupaten Pati sebagai “KAMPUNG NILA SALIN”’.